Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Virus Mematikan Ini Pernah Ada Seabad yang Lalu

Sampai hari ditulisnya artikel ini, pandemi virus COVID-19 atau corona yang sebelumnya disebut wuhan virus masih berlangsung. Berdasarkan data dari https://www.worldometers.info/coronavirus/ tanggal 16 April 2020, jumlah orang terjangkit terus meningkat. Tercatat 2.051.028 laporan kasus yang terinfeksi, 132.892 meninggal, dan 507.890 sembuh.


Wabah yang diduga berasal dari negeri Tiongkok, tepatnya daerah Wuhan ini begitu sangat cepat menyebar hingga ke penjuru dunia. Bukan hanya dampak kesehatan saja yang terpengaruh, melainkan ekonomi, keamanan, sosial, pendidikan, politik, ibadah juga.

Ibadah Haji dan Umroh Ditunda


Ya... Sebentar lagi Ramadhan tiba dalam hitungan hari. Ibadah haji pun sementara ditunda berdasarkan pernyataan kementrian Arab Saudi, Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Muhammad Saleh bin Thahir Benten, dalam wawancara dengan televisi pemerintah, Al-Ekhbariya, pada Selasa (31/03/2020) waktu setempat. "Arab Saudi mendesak umat Islam untuk menunggu rencana menghadiri ziarah tahunan haji sampai ada kejelasan lebih tentang pandemi virus corona yang mematikan," kata Muhammad Saleh Benten  

Umat Islam berharap pandemi ini segera usai dengan diangkatnya virus ini dari muka bumi oleh Allah ta'ala.

"Sesungguhnya Kerajaan Arab Saudi sepenuhnya siap untuk melayani jemaah haji dan umrah dalam segala situasi. Siap untuk menjaga kesehatan umat Muslim dan warga negaranya. Tapi kondisi saat ini di mana kita menghadapi pandemi global, kami telah meminta kepada saudara kita yang Muslim di seluruh negara di dunia untuk menunda kesepakatan kontrak apapun hingga jelasnya masalah ini. Kita berdoa semoga Allah Swt menjauhkan bencana ini dan InsyaAllah kita semua selamat dan berada dalam keadaan aman selalu".

Selain ibadah haji, sebelumnya pemerintah Arab Saudi di bawah pimpinan Salman bin Abdul-Aziz Al Saud telah menunda sementara pelaksanaan ibadah umrah. Selain itu juga menghentikan penerbangan internasional dan menutup akses masuk dan keluar beberapa kota di antaranya Mekah, Madinah, dan Riyadh untuk mencegah penyebaran virus corona.

Tapi tahukah Anda, bahwa seabad yang lalu pun ada virus yang menyerang pernapasan dan mengguncang dunia? Ia bernama virus Flu Spanyol.

Flu Spanyol Menewaskan 50-100 Juta Jiwa, Begini Penjelasan Sejarahnya

Flu Spanyol Menewaskan 50-100 Juta Jiwa

Pandemik Flu 1918 adalah Pandemik Influenza kategori 5 yang mulai menyebar di Amerika Serikat, muncul di Afrika Barat dan Prancis, lalu menyebar hampir ke seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Influenza Tipe A subtipe H1N1. Kebanyakan korban Flu ini adalah orang dewasa dan muda. Flu Spanyol terjadi dari Maret 1918 sampai Juni 1920, menyebar sampai ke Arktik dan kepulauan Pasifik. Diperkirakan 50 sampai 100 juta orang di seluruh dunia meninggal.

Dahsyatnya serangan wabah ini membuat virologis Amerika Serikat Jeffery Taubenberger menyebut Flu Spanyol sebagai "The Mother of All Pandemics."

Meskipun namanya populer, data historis dan epidemiologis tidak dapat mengidentifikasi asal geografis flu Spanyol.
 
Asal usul nama "flu Spanyol" berasal dari penyebaran pandemi ke Spanyol dari Perancis pada bulan November 1918.

Spanyol tidak terlibat dalam perang, tetap netral, dan belum memberlakukan sensor masa perang.

Karenanya, surat kabar bebas melaporkan efek epidemi, seperti penyakit serius Raja Alfonso XIII, dan kisah-kisah yang tersebar luas ini menciptakan kesan yang salah tentang Spanyol sebagai pukulan paling keras.

Hampir seabad setelah flu Spanyol melanda pada 1918-1920, organisasi kesehatan pindah dari penamaan epidemi setelah tempat geografis.

Istilah yang lebih modern untuk virus ini termasuk "pandemi influenza 1918," "pandemi flu 1918," atau variasi dari itu.

Penamaan pandemi dengan Flu Spanyol, menurut Gina Kolata dalam bukunya, Flu: The Story of the Great Influenza Pandemic of 1918 and the Search for the Virus that Caused It, berasal dari pemberitaan media-media Spanyol yang saat itu sirkulasinya cukup terbuka akibat netralitas negeri itu dalam PD I. Pemberitaan tersebut segera menyebar ke luar Spanyol sehingga membuat wabah tersebut dikenal dengan nama “Flu Spanyol” meski orang-orang Spanyol menyebut pandemi itu dengan “Flu Perancis”.

Cepatnya penularan disebabkan karena virus ditularkan melalui udara. Cepatnya penularan dan luasnya jangkauan pandemi membuat jumlah korban amat tinggi. Satu miliar orang (60 persen dari total populasi dunia) diperkirakan terkontaminasi virus tersebut.

Jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 21 juta jiwa (John Barry) hingga 50-100 juta jiwa (Nial Johnson dan Juergen Mueller), di mana kematian terbesar terjadi pada balita, orang berumur 20-40 tahun, dan orang berumur 70-74 tahun. Itu berarti, dalam kurun waktu Maret 1918-September 1919, Flu Spanyol merenggut sekitar dua persen populasi dunia yang saat itu berkisar 1,7 miliar orang. Angka tersebut jauh melebihi jumlah korban PD I yang berkisar 9,2 juta-15,9 juta jiwa. Para epidemiologis menyimpulkan, Flu Spanyol merupakan penyakit menular paling mematikan dalam sejarah umat manusia, jauh lebih berbahaya dari cacar, pes, dan kolera.

Flu Spanyol Masuk Ke Indonesia


Di Hindia (sekarang Indonesia), pandemi itu terbawa masuk besar kemungkinan melalui jalur laut, entah lewat kapal penumpang ataupun kapal kargo. Pemerintah Hindia Belanda mencatat, virus ini pertamakali dibawa oleh penumpang kapal dari Malaysia dan Singapura dan menyebar lewat Sumatera Utara.

Investigasi polisi laut terhadap kapal penumpang Maetsuycker, Singkarah, dan Van Imhoff mendapati beberapa penumpang positif terjangkit virus tersebut. Virus bahkan menjangkiti seluruh penumpang dan awak kapal Toyen Maru yang baru tiba di Makassar dari dari Probolinggo.

Menariknya, harian Sin Po dan Pewarta Soerabaia memiliki beberapa nama untuk menyebut pandemi itu: “Penjakit Aneh”, “Penjakit Rahasia”, dan “Pilek Spanje”. Dalam salah satu artikelnya, Pewarta Soerabaia bahkan menggunakan istilah "Russische Influenza" meskipun pandemi Flu Rusia sudah berakhir pada 1890. Namun dalam artikel-artikel berikutnya, Sin Po maupun Pewarta Soerabaia menggunakan terminologi yang lazim digunakan di seluruh dunia untuk menyebut penyakit ini: Flu Spanyol.

Ketika virus itu mulai menyerang kota-kota besar di Jawa pada Juli 1918, pemerintah dan penduduk tidak memperhatikan. Mereka tidak sadar virus tersebut akan menjalar dengan cepat dan mengamuk dengan sangat ganas. Terlebih, saat itu perhatian pemerintah lebih terfokus pada penanganan penyakit-penyakit menular lain seperti kolera, pes, dan cacar.

Burgerlijken Geneeskundigen Dienst (BGD/Dinas Kesehatan Sipil) Hindia Belanda bahkan sempat salah kaprah dengan menganggap serangan Flu Spanyol sebagai kolera. Akibatnya, setelah muncul beragam gejala, pemerintah menginstruksikan BGD untuk mengadakan vaksinasi kolera di tiap daerah. Kesalahan penanganan itu menyebabkan jumlah korban semakin banyak, mayoritas berasal dari golongan Tionghoa dan Bumiputera.

Menurut BGD, gejala Flu Spanyol layaknya flu biasa. Penderita merasakan pilek berat, batuk kering, bersin-bersin, dan sakit kepala akut di awal. Dalam beberapa hari, otot terasa sakit dan disusul demam tinggi. Gejala umum lainnya, mimisan, muntah-muntah, menggigil, diare, dan herpes. Pada hari keempat atau kelima, virus telah menyebar hingga ke paru-paru. Dalam banyak kasus, gejala itu berkembang menjadi pneumonia. Bila penderita sudah sampai pada tahapan ini, kecil kemungkinan bisa bertahan.

Penyebaran Flu Spanyol di Hindia terjadi dalam dua gelombang


Gelombag Pertama Flu Spanyol, Juli 1918-September 1918, sekalipun di beberapa tempat, seperti Pangkatan (Sumatera Utara), virus ini sudah menyebar pada Juni 1918. Diduga kuat penyakit itu ditularkan penumpang dari Singapura. Sementara, kawasan timur, seperti Sulawesi dan Maluku, masih terbebas dari Flu Spanyol selama gelombang pertama.

Dalam hitungan minggu, virus menyebar secara masif ke Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah (Purworejo dan Kudus), dan Jawa Timur (Kertosono, Surabaya, dan Jatiroto). Dari Jawa, virus menjangkiti Kalimantan (Banjarmasin dan Pulau Laut), sebelum mencapai Bali, Sulawesi, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Memasuki Oktober 1918, virus telah mencapai pulau-pulau kecil di sekitar Kepulauan Sunda. Sebulan berselang, virus telah mencapai Papua dan Maluku, 10 dari 1000 orang meninggal akibat flu ini. Menurut Oetoesan Hindia, lebih dari 10 persen populasi di Pulau Seram meninggal akibat keganasan virus ini. Sementara, 60 persen penduduk Makassar yang berjumlah sekitar 26.000 jiwa dilaporkan terjangkit virus ini dan 6 persen dari mereka tewas.

Seluruh rumahsakit mendadak kebanjiran pasien sampai harus menolak banyak pasien karena keterbatasan kamar. Para dokter tidak mampu berbuat banyak lantaran mayoritas dari mereka belum pernah melihat gejala penyakit seperti itu. Mereka hanya bisa merekomendasikan kina dan aspirin untuk menurunkan panas sang pasien.

Beberapa dokter justru memanfaatkan momentum pandemi itu untuk menaikkan tarif pengobatan. Dr. Hoefer dan Dr. Rademaker di Surabaya, misalnya, secara sepihak menaikkan tarif dari f.1,5 menjadi f.3. Mereka berdalih tindakan tersebut diambil supaya tidak harus melayani banyak pasien. Pewarta Soerabaia menganggap dokter tipe tersebut hanya mengambil keuntungan dari orang sakit. Mereka dianggap melanggar sumpah dokter karena tidak memprioritaskan pasien yang membutuhkan dan hanya berpikir memperkaya diri.

Akibatnya, berkembang stereotip dokter Eropa cenderung memprioritaskan pasien dari golongan berada sehingga pasien kurang mampu takut berobat ke rumahsakit atau memanggil dokter. Umumnya, mereka hanya mengandalkan pengobatan tradisional, yang seringkali juga tidak berakhir manjur.

Gelombang kedua Flu Spanyol terjadi pada Oktober-Desember 1918 meski di beberapa tempat, terutama di kawasan timur, berlangsung hingga akhir Januari 1919. Pewarta Soerabaia melaporkan, virus masih mengganas di Buton pada awal Januari 1919. Kasus kematian juga terjadi di beberapa perkebunan di Sumatera, yang dilaporkan Harian Andalas.

Sin Po menyebutkan Flu Spanyol membuat beberapa perkebunan di Jawa Barat menderita. Sebanyak 200 pekerja di Wanasukan terinfeksi pandemi sehingga tidak dapat bekerja. Kondisi serupa terjadi di Talun, mengakibatkan produksi kopi terhambat. Di Padang, kegiatan belajar-mengajar di Sekolah Adabiah dihentikan karena mayoritas murid dan gurunya terinfeksi Flu Spanyol. Begitu juga dengan Kartinischool Goenoeng Sari dan Kweekschool Goenoeng Sari di Batavia dan HIS Gorontalo.

Laporan BGD tahun 1920 menyebutkan, “Seloeroeh desa di Hindia Olanda hampir tidak ada jang tidak terinfeksi oleh penjakit flu." Akibatnya, menurut laporan itu, "[P]intu rumah tertutup. Jalan-jalan begitu lengang. Anak-anak menangis di dalam rumah karena merasa lapar dan haus. Banyak binatang bahkan meninggal kelaparan. Hari-hari tersebut sangat penuh dengan kesengsaraan."

Tidak diketahui pasti berapa jumlah korban Flu Spanyol di Hindia mengingat jumlah penduduk Indonesia saat itu belum diketahui pasti dan sensus pertama baru diadakan pemerintah kolonial pada 1920 sehingga besar kemungkinan korban Flu Spanyol di daerah-daerah terpencil tidak tercatat.

Mengapa begitu dahsyatnya pengaruh dari virus Flu Spanyol ini? Bila dilihat dari segi teknologi, bisa disebabkan karena kurangnya penyebaran informasi kepada masyarakat saat itu. Mereka tahunya flu ini seperti flu biasa yang bisa segera sembuh. Tapi apa efeknya? Begitu banyak korban terpapar virus mematikan ini.



https://youtu.be/Oic4mQkuJYI

Pandemi Virus Corona, Covid-19 2020


Bagaimana dengan hari ini? Virus Corona, Covid-19 pun begitu ganas. Informasi kepada masyarakat terjangkau luas. Berharap dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini dapat menekan penyebaran dan membantu menyembuhkan.

Ikhtiar manusia sedang kita lakukan, seperti pakai masker, jaga kebersihan, jaga stamina, perkuat imunitas, social distancing, lock down, demi melindungi orang-orang yang kita sayangi. Jika memang sayang maka lakukan arahan pemimpin atau para ahli supaya pandemi ini segera tertangani dan segera berakhir.

Selanjutnya kita serahkan kepada Allah, bertawakkal setelah ikhtiar manusiawi kita lakukan dengan maksimal. Insya Allah segera pulih seperti sedia kala.

Tidak ada seorang muslim pun yang mendo’akan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama”.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram