Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tanda Baca dan Penggunannya

 

Berikut ini adalah materi tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar yang diambil dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Kegunaan materi PUEBI ini adalah untuk membantu para penulis pemula/ pelajar dalam melakukan editing agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. 

MENU:

Huruf Kapital

Huruf Miring

Bentuk Ulang

Kata Depan 

Partikel

Bilangan

Kata Ganti

Kata Sandang  

Tanda Baca



PEMAKAIAN TANDA BACA

Tanda Titik (.)

 

  • Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.

 

Misalnya:

Mereka duduk di sana.

Dia akan datang pada pertemuan itu.

 

  • Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.

Misalnya:

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indone­sia. Jakarta.

Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.

 

Tanda Koma (,)

 

  • Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Misalnya:

Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.

Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepus­takaan.

Satu, dua, ... tiga!

 

  • Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).

 

Misalnya:

Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.

Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.

Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.

 

  • Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.

 

Misalnya:

Kalau diundang, saya akan datang.

Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.

Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.

Catatan:

Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahu­lui anak kalimat.

Misalnya:

Saya akan datang kalau diundang.

Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.

Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.

 

  • Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan peng-hubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.

 

Misalnya:

Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.

Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar

Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.

 

  • Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.

 

Misalnya:

O, begitu?

Wah, bukan main!

Hati-hati, ya, jalannya licin!

Nak, kapan selesai kuliahmu?

Siapa namamu, Dik?

Dia baik sekali, Bu.

 

  • Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

 

Misalnya:

Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”

“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena manusia adalah makhluk sosial.”

 

Catatan:

  • Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan

langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.

Misalnya:

“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.

“Masuk ke dalam kelas sekarang!” perintahnya.

“Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.

 

  • Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) ba­gian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

 

Misalnya:

Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayu­manis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130

Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta

Surabaya, 10 Mei 1960

Tokyo, Jepang

 

  • Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

 

Misalnya:

Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Ja­karta: Restu Agung.

Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.

Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mu­tiara Beta.

 

 

  • Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.

Misalnya:

Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tam­bang yang belum diolah.

Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.

Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendi­ri Gerakan Nonblok.

Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimak­sud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.

Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaian-nya tidak diapit tanda koma!

Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di per­guruan tinggi itu tanpa melalui tes.

 

  • Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang ter­dapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.

 

Misalnya:

Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaat­kan bahasa daerah.

Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan:

Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.

Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

 

Tanda hubung -

 

  • Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.

Misalnya:

anak-anak

berulang-ulang

kemerah-merahan

mengorek-ngorek

 

  • Tanda hubung dipakai untuk merangkai
  1. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
  2. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
  3. angka dengan –an (tahun 1950-an);
  4. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
  5. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rah­mat-Mu);
  6. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan

 

 

kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang beru­pa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).

 

 

Tanda Tanya (?)

 

  • Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Misalnya:

Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?

Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?

 

Tanda Seru (!)

 

  • Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyata­an yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan ke­sungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.

Misalnya:

Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!

Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!

Bayarlah pajak tepat pada waktunya!

Masa! Dia bersikap seperti itu?

Merdeka!

 Tanda Elipsis (...)

 

  • Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.

 

Misalnya:

Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ….

..., lain lubuk lain ikannya.

Catatan:

(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.

(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).

 

  1. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak sele­sai dalam dialog.

 

Misalnya:

“Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?”

“Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”

Catatan:

(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.

(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).

 

 

 

Tanda Petik (“…”)

 

  • Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

Misalnya:

Merdeka atau mati!seru Bung Tomo dalam pidatonya.

Kerjakan tugas ini sekarang!perintah atasannya. Be­sok akan dibahas dalam rapat.

Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Repub-lik Indonesia Tahun 1945, “Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan.”

 

  • Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai da­lam kalimat.

 

Misalnya:

Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.

Marilah kita menyanyikan lagu Maju Tak Gentar!

Film “Ainun dan Habibie” merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.

Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ung­kap Bahasa Indonesia” dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.

Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” me-narik perhatian peserta seminar.

Perhatikan “Pemakaian Tanda Baca” dalam buku Pe­doman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

  • Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang ku­rang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

 

Misalnya:

Tetikuskomputer ini sudah tidak berfungsi.

Dilarang memberikan amplopkepada petugas!

 

Tanda Petik Tunggal (‘…’)

 

  • Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.

Misalnya:

Tanya dia, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

“Kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.

“Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya’ berkuman­dang di arena olimpiade itu,” kata Ketua KONI.

 

 

Tanda Kurung ((…))

 

  • Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterang-an atau penjelasan.

Misalnya:

Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).

Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda pen­duduk).

Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

 

  • Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

 

Misalnya:

Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.

Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.

 

  • Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.

 

Misalnya:

Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transja­karta.

Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.

 

Tidak ada seorang muslim pun yang mendo’akan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama”.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram