Ramadhan Memang Ajaib
Ramadhan sedang kita berada di dalamnya. Bulan terindah daripada 11 bulan yang lain. Bulan teristimewa, satu-satunya bulan yang Allah muliakan. Setitik kebaikan dibalas dengan berlipat ganda kebaikan berlimpah. Kita pasti melihat banyak keanehan. Masjid dan mushalah yang biasanya tak sampai penuh satu shaf, menjadi penuh sesak ketika awal kedatangannya sehingga shaf pertama yang menjadi incaran pun susah didapat lagi. Malam-malam dihiasi tilawah, membaca alqur’an, menggema hingga setiap pelosok daerah. Para akhwat (wanita) beramai-ramai berlomba menutup aurat. Para artis pun mulai bertanggungjawab memperbaiki tampilannya. Syiar islam kembali meriah di saat bulan yang mulia itu meski baru menjelang waktu kehadiran bulan istimewa itu. Di setiap chanel tv pun penuh dengan program pengajian. Tontonan pun bertema keimanan.
Ramadhan memang ajaib, ia bisa merubah orang-orang Muslim menjadi lebih baik dari sebelumnya. 180 derajat berubah di manapun kita mudah menyaksikannya. Namun apakah ini akan bertahan setelah kepergiannya. Ramainya tempat ibadah, indahnya gema tilawah, aurat yang terjaga, media ilmu melimpah, musiman semata. Semua kembali ke sedia kala tatkala Ramadhan tak lagi mereka berada di dalamnya.
Rupanya syaithan telah sukses menghancurkan belenggu sehingga dengan mudahnya kembalikan manusia kepada kesesatan. Ibadah selama Ramadhan hanya sekedar ritual musiman tanpa ada tindak lanjut yang istiqomah dijalankan. Masjid dan musholah sepi lagi, alqur’an kembali ditinggalkan, aurat kembali dipertontonkan, tayangan tv pun kembali mengabaikan kualitasnya.
Ramadhan sudah berapa kali kita lalui. Mungkin diantara kita sudah ada yang lebih dari 40 tahun menjalaninya. Tapi tanyakanlah pada diri, sudahkah Ramadhan berkesan di hati selama ini. Perubahan positif harusnya terjadi. Kualitas diri harusnya semakin meningkat, kepada Allah pun harusnya semakin dekat.
Sungguh rugi bila kita tak dapatkan manfaat dari Ramadhan. Rugi ketika ibadah puasa hanya mendapat lapar dan dahaga saja. Anak kecil pun bisa melakukannya. Orang berilmu dan dewasa harusnya lebih dari itu. Ibadahnya berkualitas karena ilmu yang dimiliki bukan menjadi musiman atau formalitas.
Ramadhan berakhir kini hanya tinggal menghitung hari. Jangan sampai masjid kembali sepi dan malam kembali sunyi tanpa gema alqur’an seperti awal Ramadan yang ramai orang-orang mengkaji. 11 bulan yang lain harus tetap dihiasi dengan keistiqomahan kita dengan kebiasaan kebaikan seperti di bulan ini. Keistiqomahan itulah sebagai bukti efek positif juga bukti kesuksesan kita mendapatkan kemuliaan Ramadhan bagi setiap diri.