Expresi Cinta Yang Maha Kuasa
Alhamdulillah. Ashshalaatu wassalaamu ‘ala rasulillah. Allahumma shalli ‘ala sayidana muhammad wa ‘ala ali sayidinaa muhammad kamaa shallayta ‘ala sayidina ibrahim wa ‘ala ali sayidina ibrahim. Wabarik ‘ala sayidina muhammad wa ‘ala sayidina muhammad kama barakta ‘ala sayidina ibrahim wa ‘ala ali sayidina ibrahim. Fil ‘alamina inaka hamidummajiid.
Amma ba’d
Saudaraku seiman. Dunia adalah tempat kita hidup di masa sekarang. Sesekali pastilah ada masa-masa unik. Masa-masa yang tidak terprediksi. Masa-masa yang terkadang membuat kita menjadi futur atau semakin meningkatkan hamasah. Masa-masa yang membuat kita membencinya atau menyukainya. Itulah masa ujian.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS.29:2)
Masa ujian tersebut bukanlah berarti dalam kesukaran saja. Tetapi masa ujian bisa juga dalam keadaan senang. Di sini Allah SWT menguji kita apakah kita akan semakin menjauh ataukah kita semakin mendekat kepada Allah SWT.
Di masa kita susah, di sana tersirat makna bahwa manusia tiada apa-apanya. Hendaknya ketika dalam kesukaran ini kita semakin mendekat pada Allah SWT. Allah SWT pasti menghendaki kita untuk senantiasa berikhtiar bukan berdiam diri. Dalam ikhtiar tersebut insya Allah, Dia yang Maha Kuasa akan memberikan kuasa pada kita untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tentunya dalam ikhtiar ini dibutuhkan kesabaran dan kesabaran akan menunjukkan kesungguhan sehingga terangkum dalam keistiqamahan dan titik akhirnya adalah takdir atau ketetapan Allah SWT.
Ketetapan ini manusia tidak bisa mengelak darinya. Ambillah hikmah dari semua yang diberikan oleh Allah SWT. Baik itu berupa hasil yang tidak sesuai harapan maupun hasil yang sesuai harapan. Pasti di sana Allah SWT menyimpan makna pada kedua hasil tersebut. Boleh jadi ketika hasinya jauh dari harapan itu menyesuaikan dengan kesiapan kita sehingga Allah SWT tidak memberikannya. Karena apabila dipaksakan tentunya manusia takan mampu mengembannya. Namun jika memang kita sudah pantas maka Allah SWT akan memberinya, mengembankan kepada kita sebuah amanah baru yang telah Allah SWT nilai bahwa kita pantas menerimanya.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...” (QS.2:286)
Saudaraku, pembaca sekalian.
Di samping kesukaran, Allah pula menyimpan ujian itu di masa ketika kita dalam kelapangan. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Bahwa masa ujian ini ada di masa kita senang. Di masa ini tersirat bahwa segala yang kita dapatkan adalah hakikatnya hanya dari Allah SWT. Terkadang kita terjebak oleh suasana bahagia sehingga kita terbuai dan terlena di dalam kesenangan itu. Kemudian kita lupa akan satu hal yaitu untuk mensyukuri. Bahkan timbul ucapan yang menggugurkan kebaikan seperti ria, ujub, takabur, dan sombong. Seakan segala yang diraih adalah tanpa ada campur tangan yang lain. Apalagi tanpa campurtangan Allah SWT. Suaranya meninggi menganggap orang lain tidak ada apa-apanya setelah ia berhasil mendapatkan apa yang ia impikan.
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS.39:49)
Wahai saudaraku
Sungguh Allah SWT menginginkan seluruh manusia ini masuk ke dalam jannah-Nya. Sebenarnya Allah SWT bisa saja memasukkan kita semua masuk kedalamnya dengan mudah. Namun Allah SWT menghendaki kita agar menjadi manusia berkualitas dan yang berhak mendapatkan kebahagiaan itu adalah orang-orang yang telah teruji kualitasnya. Artinya semua hamba yang dapat memasuki surga Allah SWT itu bukan sembarang orang.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dzalim". (QS.2:124)
Telah banyak kisah yang kita dapat tentang Rasulullah Ibrahim AS. Beliau terpilih menjadi bapak para nabi. Beliau telah melewati berbagai ujian dari semenjak masih dalam kandungan. Beliau mendapatkan berbagai ujian di luar nalar seperti diperintahkan oleh Allah SWT untuk meningggalkan anak dan istrinya (Ismail dan Hajar) di daerah tandus tanpa ada tanda-tanda kehidupan dan dengan kemurahan Allah SWT mata air tiba-tiba muncul di bawah kaki anaknya. Selanjutnya beliau diperintahkan oleh Allah SWT lewat mimpinya (hanya mimpi para nabi dan rasul yang benar karena ialah ilham atau wahyu dari Allah SWT) untuk menyembelih anak yang sangat dicintainya namun dengan kemurahan Allah SWT digantikannya dengan binatang ternak.
Begitu pula Rasulullah SAW, beliau menjadi yatim sejak dalam kadungan. Umatnya yang dahulu menjulukinya dengan sebutan Al-Amin berbalik dengan sebutan Al-Kadzib, Majnun, tukang sihir setelah beliau mendapat risalah menyampaikan Islam kepada kaumnya. Berbagai hinaan, cercaan, aniaya, pengusiran dari kota Mekah dan berbagai tekanan yang mengancam kehidupan beliau dan para generasi Islam pertama di perolehnya dalam waktu yang cukup lama. Namun subhanallah, ujian-ujian itu tidak membuat beliau lemah melainkan membuat Islam semakin besar dan dapat menaklukkan tentara romawi dari kerajaan terbesar di masa itu sehingga ini membuat kaumnya, penguasa Mekah takluk tanpa ada perlawanan. Namun rasulullah saw tidak memeranginya, beliau masuk kedalamnya dengan penuh keselamatan, dan cinta. Sehingga dengan tangan-tangan penduduk Mekah sendiri berhala-berhala itu dihancurkan.
Anas ra., berkata, Nabi SAW bersabda, “Sesunggunya besarnya pahala itu bergantung pada besarnya cobaan. Sesungguhnya apabila Allah SWT mencintai suatu kaum maka Ia mencobanya. Barangsiapa yang rela menerimanya, ia mendapat keridhaan Allah, dan barangsiapa yang murka, maka ia pun mendapat murka Allah.” (HR. Tirmidzi)
Sungguh ujian akan menjadikan manusia semakin mulia, tinggi derajatnya di sisi Allah SWT. Tiada orang besar di muka bumi ini melainkan sebelumnya Allah SWT menempanya dengan berbagai ujian. Semakin tinggi tingkat ujiannya, semakin tinggi pula kualitas hidupnya. Selain itu, ujian akan mengikis/kifarat dosa. Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra. meriwayatkan, Nabi SAW bersabda, “Seorang Muslim yang ditimpa penderitaan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, gangguan, dan kerisauan, bahkan hanya terkena duri sekalipun semuanya itu merupakan kafarat (penebus) dari dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Yang terpenting dalam kehidupan bukan ujian apa yang kita hadapi tetapi bagaimana kita menyikapinya. Maka dari itu senantiasa kita selalu berpikir sehat, berpikir positif bahwa Allah SWT memberikan kebaikan di balik setiap ujian yang kita hadapi. Abu Yahya Shuhaib bin Sinan ra., berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan sikap seorang Mukmin itu, segala keadaan dianggapnya baik dan hal ini tidak akan terjadi kecuali bagi seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka itu lebih baik baginya, dan apabila ditmpa penderitaan ia bersabar, maka itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)
Wallahu a’lam bishawab
Biasa saja
Aku bukanlah mahluk sempurna
Sama seperti kalian terbuat dari tanah
Jangan kau terlalu mengagungkan aku
Cukup engkau menghargaiku sebagai sesama mahluk Allah
Sesungguhnya segala puji hanyalah hak Allah
Sesungguhnya setiap manusia adalah hamba Allah
Apa yang patut dibanggakan
Segalanya hanyalah titipan
Yang terbaik adalah menggunakan segala kesempatan
Dengan kebaikan yang telah Rasulullah ajarkan
Bahagialah bagi yang bertakwa
Karna baginya mendapat jaminan surga
Mengamalkan kesalehan di muka bumi
dengan cara dan jalan yang Allah cintai
Semoga bermanfaat...
Wassalaamu’alaykum warahmatullah wabarakaatuh