Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Antara Coklat dan Cinta

Muda-mudi di seantero jagat bumi sedang gandrung-gandrungnya dilanda cinta. Tak hanya usia dewasa saja tetapi usia remaja hingga anak-anak pun sudah mulai dilandanya. Hal ini membuat yang muda belia mengalami percepatan menjadi dewasa.

Usia yang tak siap dengan psikologis barunya ini mengakibatkan ketimpangan dalam jiwanya. Tidak sedikit terjerumus dan menjadi korban tanpa menyadari. Tiba-tiba sudah berada di dalamnya karena terlena karena keindahan. Ya... keindahan fatamorgana semata. Sehingga cinta mereka itu semu dan sejenak.

Karena terbawa arus zaman, mereka hanya mengikuti kebiasaan. Tanpa membuat benteng atau penyaringnya. Hanya menerima dan menerapkan saja. Akibatnya mencandu dan tak mudah lepas.

Manisnya cinta seperti rasa coklat, pembawa racun cinta itu mempropaganda. Dengan tanggal ke 14 di bulan Februari sebagai waktu mereka rayakan. Laksana binatang mereka bertingkah. Norma-norma dilanggar tanpa rasa malu. Apa hubungan cokelat dengan cinta???

Jikalah manusia, mereka melabelkan diri sebagai penganut hawa nafsu. Berlabel agama hanya sebagai virus agama yang dijadikannya label. Padahal agama tak mengajarkannya bahkan agama menentangnya.

Semakin banyak saja pengikutnya. Itu adalah fitrah akhir zaman. Yang mengikut syariat dikata ketinggalan zaman. Padahal mereka yang telah kembali kepada masa kejahiliahan yang terdahulu dari masa kebenaran ditegakkan.

Tak mudah menyembuhkannya meskipun telah ditemukan obatnya. Hanyalah kemauan yang dapat merubahnya. Ketika hidayah menghampiri dan diterimanya dengan hati terbuka.





Tidak ada seorang muslim pun yang mendo’akan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama”.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram