Warna-Warna Setelah Hujan Reda
Allah SWT telah ciptakan bumi dan langit beserta isinya adalah hanya
untuk hamba-Nya yang bernama manusia. Begitu luas jagat raya ini dan
manusia dijadikan oleh-Nya sebagai khalifah, pengatur, mensejahterakan
alam ini. Indahnya dunia ini, kita semua mengakuinya dalam sanubari.
Membuat tiada keraguan lagi, siapa lagi yang mampu menciptakan semua ini
kalau bukan Allah SWT yang memiliki kuasa. Hanya dengan satu perintah
saja "Jadilah, maka terjadilah". Segalanya mudah bagi-Nya dan tidak ada
yang tidak mungkin terjadi tanpa kehendak-Nya.
Semua ini, segala ciptaannya tak dibiarkan begitu saja tanpa aturan yang jelas. Maka Allah SWT berikan pada manusia pedoman hidup untuk dipraktikkan di kehidupannya sepanjang hidupnya. Allah SWT berikan Al-qur'an berikut seorang teladan yang mengajarkan dan mempraktikkannya di kehidupannya agar manusia lainnya mudah mengerti dan mempraktikkannya tanpa susah atau ragu. Dialah Rasulullah SAW, manusia pilihan dan mulia. Karena sepanjang hidupnya berjalan sesuai Al-quran, subhanalloh, tiada kecacatan sepanjang hidupnya. Sampai-sampai para musuhnya tak kuasa untuk membenci beliau. Semua fitnah terpatahkan oleh akhlak beliau yang mulia. Mulut para musuhnya boleh berucap menceritakan keburukan atasnya. Namun hati mereka tak tentram karena apa yang diucapkan jauh dari yang sebenarnya. Karena gengsi yang sudah menjadikan hatinya beku membatu. Semua cara digunakan hanya untuk memperoleh kekuasaan dan kenikmatan sesaat. Sapai kepada yang sesat mereka taat.
Perbudakan di zaman itu begitu marak. Kaum perempuan direndahkan. Sampai-sampai mengubur hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir karena khawatir akan menurunkan derajatnya di hadapan para pemuka Arab di masa itu. Karena jika memiliki anak perempuan adalah aib bagi orang tuanya.
Rasulullah SAW manusia mulia. Beliau diutus untuk meluruskan dan membereskan semua masalah umat yang begitu bejat di zaman itu. Mereka bukannya tak pandai, mereka tak diragukan keilmuannya. Namun saking butanya mata hatinya, mereka mendustakan jalan yang lurus sehingga di situlah letak kebodohannya. Mereka lebih memilih kesesatan daripada hidayah. Lebih memilih Latta, Hubal, dan Uzza dan berhala lainnya yang mereka membuatnya sendiri dari tanah atau batu kemudian menyembahnya daripada Allah SWT yang menciptakan mereka, memelihara, dan mengurus mereka. Ka'bah dan sekitarnya dipenuhi berhala yang tak bergua. Diberikan oleh mereka sesaji dan kurban. Sekali lagi, bukan karena mereka bodoh dalam masalah ilmu. Mereka bodoh karena menolak kebenaran yang datang pada mereka melalui Rasululloh SAW. padahal mereka tahu bahwa Rasulullah SAW tak pernah berdusta kepada mereka dan bahkan mereka sendiri yang memberikan gelar padanya, Al-Amin, orang terpercaya. Namun mereka malah mendustakannya hanya karena takut kekuasaannya hancur hanya karena mengikuti jalan kebenaran dari seorang yang bernama Muhammad bin Abdullah.
Kaum yang lemah dibela Rasulullah SAW, hak-hak perempuan dijunjungnya hingga sama derajatnya dengan kaum laki-laki. Proses pembelaan ini sangat berat. Siksaan, penganiayaan pun digalakkan terang-terangan. Tiada perikemanusiaan lagi yang ada di dalam hati mereka. Rasulullah SAW sempat diburu untuk dibunuh setelah para pembelanya, Khadijah isteri tercinta dan Abu Thalib pamannya yang beliau sangat mencintainya tiada. Semakin parah penindasan dikala itu. Maka diputuskanlah untuk hijrah, pindah ke negeri yang aman yang berperi kemanusiaan. Negeri yang melindungi masyarakat, menjamin keamanan dan urusan sehingga tidak ada yang teraniaya di dalamnya. Berat rasanya menyerahkan tanah kelahiran di tangan orang-orang bejat. Hingga datang suatu masa ketika umat islam semakin kuat. Peperangan-demi peperangan pun tak terelakkan untuk membela kebenaran. Kemenangan demi kemenangan pun bukan kebetulan. Semuanya adalah karena strategi yang jitu, juga karena pertolongan Allah SWT. Suatu perang pernah mengalami kekalahan, itu karena mereka tak mentaati Apa yang telah Rasulullah arahkan. Hawa nafsu mampu merasuk ke dalam hati sehingga pasukan yang berdiri di gunung turun berlomba mengambil harta yang ditinggalkan. Pasukan musuh datang dari balik gunung, menghabisi mereka. Sampai Rasulullah pun berdarah-darah kemudian mundur, naik ke bukit untuk berlindung dari ganasnya mereka, para musuh.
Futuh Makkah. Penaklukkan kota suci tanpa perlawanan bukan tanpa perjuangan. Telah banyak nyawa dan harta dikorbankan demi membela kebenaran. Ketika itu, derajat manusia semua sama. Para budak dibebaskan, para perempuan derajatnya disetarakan. Tak hanya itu. Para perempuan dalam Islam dijadikan mulia. Diperintahkannya pada mereka untuk mengenakan mahkota. Mahkota yang lebih mulia dariapada yang dimiliki para ratu. Mahkota yang melindunginya dari sengatan matahari dan jilatan api neraka. Mereka mulia karena terjaga auratnya. Mereka semakin berwibawa dengan menjaganya. Para lelaki menundukan pandangan, adalah sebagai penghormatan kepada para ratu. Tak sembarangan tangan yang dapat menyentuhnya. Hanyalah orang-orang tertentu saja yang dapat menyentuh kulitnya yaitu Mahramnya dan orang yang telah halal baginya.
Islam menjadikan perempuan para ratu yang mulia. Tidak ada lagi penistaan pada mereka seperti di masa jahiliyah. Namun virus sekuler, pluralis, dan liberalis menjangkiti. Perempuan akhirnya ada yang ingin kembali ke masa jahiliyah. Ingin lagi terhina setelah dimuliakan dengan tak mau perhatikan apa yang telah Islam ajarkan. Tak cukupkah kepedihan di masa lalu? Aku pun tak ingin semua terulang kembali ke masa itu. Maka ini adalah sebuah nasihat untuk para mahluk Allah SWT yang dimuliakan, agar tetap menjadi ratu di dunia dan di akhirat. Semoga bermanfaat.
Semua ini, segala ciptaannya tak dibiarkan begitu saja tanpa aturan yang jelas. Maka Allah SWT berikan pada manusia pedoman hidup untuk dipraktikkan di kehidupannya sepanjang hidupnya. Allah SWT berikan Al-qur'an berikut seorang teladan yang mengajarkan dan mempraktikkannya di kehidupannya agar manusia lainnya mudah mengerti dan mempraktikkannya tanpa susah atau ragu. Dialah Rasulullah SAW, manusia pilihan dan mulia. Karena sepanjang hidupnya berjalan sesuai Al-quran, subhanalloh, tiada kecacatan sepanjang hidupnya. Sampai-sampai para musuhnya tak kuasa untuk membenci beliau. Semua fitnah terpatahkan oleh akhlak beliau yang mulia. Mulut para musuhnya boleh berucap menceritakan keburukan atasnya. Namun hati mereka tak tentram karena apa yang diucapkan jauh dari yang sebenarnya. Karena gengsi yang sudah menjadikan hatinya beku membatu. Semua cara digunakan hanya untuk memperoleh kekuasaan dan kenikmatan sesaat. Sapai kepada yang sesat mereka taat.
Perbudakan di zaman itu begitu marak. Kaum perempuan direndahkan. Sampai-sampai mengubur hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir karena khawatir akan menurunkan derajatnya di hadapan para pemuka Arab di masa itu. Karena jika memiliki anak perempuan adalah aib bagi orang tuanya.
Rasulullah SAW manusia mulia. Beliau diutus untuk meluruskan dan membereskan semua masalah umat yang begitu bejat di zaman itu. Mereka bukannya tak pandai, mereka tak diragukan keilmuannya. Namun saking butanya mata hatinya, mereka mendustakan jalan yang lurus sehingga di situlah letak kebodohannya. Mereka lebih memilih kesesatan daripada hidayah. Lebih memilih Latta, Hubal, dan Uzza dan berhala lainnya yang mereka membuatnya sendiri dari tanah atau batu kemudian menyembahnya daripada Allah SWT yang menciptakan mereka, memelihara, dan mengurus mereka. Ka'bah dan sekitarnya dipenuhi berhala yang tak bergua. Diberikan oleh mereka sesaji dan kurban. Sekali lagi, bukan karena mereka bodoh dalam masalah ilmu. Mereka bodoh karena menolak kebenaran yang datang pada mereka melalui Rasululloh SAW. padahal mereka tahu bahwa Rasulullah SAW tak pernah berdusta kepada mereka dan bahkan mereka sendiri yang memberikan gelar padanya, Al-Amin, orang terpercaya. Namun mereka malah mendustakannya hanya karena takut kekuasaannya hancur hanya karena mengikuti jalan kebenaran dari seorang yang bernama Muhammad bin Abdullah.
Kaum yang lemah dibela Rasulullah SAW, hak-hak perempuan dijunjungnya hingga sama derajatnya dengan kaum laki-laki. Proses pembelaan ini sangat berat. Siksaan, penganiayaan pun digalakkan terang-terangan. Tiada perikemanusiaan lagi yang ada di dalam hati mereka. Rasulullah SAW sempat diburu untuk dibunuh setelah para pembelanya, Khadijah isteri tercinta dan Abu Thalib pamannya yang beliau sangat mencintainya tiada. Semakin parah penindasan dikala itu. Maka diputuskanlah untuk hijrah, pindah ke negeri yang aman yang berperi kemanusiaan. Negeri yang melindungi masyarakat, menjamin keamanan dan urusan sehingga tidak ada yang teraniaya di dalamnya. Berat rasanya menyerahkan tanah kelahiran di tangan orang-orang bejat. Hingga datang suatu masa ketika umat islam semakin kuat. Peperangan-demi peperangan pun tak terelakkan untuk membela kebenaran. Kemenangan demi kemenangan pun bukan kebetulan. Semuanya adalah karena strategi yang jitu, juga karena pertolongan Allah SWT. Suatu perang pernah mengalami kekalahan, itu karena mereka tak mentaati Apa yang telah Rasulullah arahkan. Hawa nafsu mampu merasuk ke dalam hati sehingga pasukan yang berdiri di gunung turun berlomba mengambil harta yang ditinggalkan. Pasukan musuh datang dari balik gunung, menghabisi mereka. Sampai Rasulullah pun berdarah-darah kemudian mundur, naik ke bukit untuk berlindung dari ganasnya mereka, para musuh.
Futuh Makkah. Penaklukkan kota suci tanpa perlawanan bukan tanpa perjuangan. Telah banyak nyawa dan harta dikorbankan demi membela kebenaran. Ketika itu, derajat manusia semua sama. Para budak dibebaskan, para perempuan derajatnya disetarakan. Tak hanya itu. Para perempuan dalam Islam dijadikan mulia. Diperintahkannya pada mereka untuk mengenakan mahkota. Mahkota yang lebih mulia dariapada yang dimiliki para ratu. Mahkota yang melindunginya dari sengatan matahari dan jilatan api neraka. Mereka mulia karena terjaga auratnya. Mereka semakin berwibawa dengan menjaganya. Para lelaki menundukan pandangan, adalah sebagai penghormatan kepada para ratu. Tak sembarangan tangan yang dapat menyentuhnya. Hanyalah orang-orang tertentu saja yang dapat menyentuh kulitnya yaitu Mahramnya dan orang yang telah halal baginya.
Islam menjadikan perempuan para ratu yang mulia. Tidak ada lagi penistaan pada mereka seperti di masa jahiliyah. Namun virus sekuler, pluralis, dan liberalis menjangkiti. Perempuan akhirnya ada yang ingin kembali ke masa jahiliyah. Ingin lagi terhina setelah dimuliakan dengan tak mau perhatikan apa yang telah Islam ajarkan. Tak cukupkah kepedihan di masa lalu? Aku pun tak ingin semua terulang kembali ke masa itu. Maka ini adalah sebuah nasihat untuk para mahluk Allah SWT yang dimuliakan, agar tetap menjadi ratu di dunia dan di akhirat. Semoga bermanfaat.