Korupsi Tak Perlu Diwarisi
Gandrungnya setiap negeri diliputi masalah ini. Virus yang
mewabah, menjangkit pejabat di setiap belahan dunia. Penyakit warisan penjajah
yang suka dengan penimbunan harta. Sang penimbun harta yang tak pernah terobati
rasa hausnya. Terus saja ia timbun dan terus mengeruk dan memeras hingga ke
pangkalnya, hingga kering dan tandus.
Jiwanya terbawa tandus dan hangus tak pernah disiram oleh
hati nurani. Semakin membusuk digerogoti karakternya yang rakus. Pantas saja
jika disamakan dengan tikus berdasi sebagai lambang perampok profesional, atau
sebagai drakula yang menyedot darah kaum jelata.
Ia enggan menengok ke kanan atau kiri. Apalagi menunduk,
melihat ke bawah. Ia terus mendongak ke atas. Ia terus mencari peluang
strategis. Menengok pun hanya untuk menyikut, menjatuhkan yang di sisinya. Menunduk
pun hanya untuk menginjak dan melecehkan yang di bawahnya. Mendongak ia
menjilat, merengek, meminta belas kasihan. Ketika ia dapatkan posisi atas, ia
biarkan yang lain merengek di bawahnya yang juga menjilat seperti ia dahulu
melakukannya.
Sungguh tak layak diwarisi dan sungguh hina orang yang
mewariskan dan yang mendapatkan warisnya.
Baca juga Korupsi Bukan Hobby
Baca juga Korupsi Bukan Hobby