Korupsi Bukan Hobby
Sekian lama negeri ini dilanda krisis ekonomi. Kok bisa ya? padahal negeri ini kaya raya. Lihat saja alamnya, gak bakalan habis sampai tujuh turunan. Turunan ke delapan, sembilan, sepuluh, dan seterusnya juga pasti kebagian. Terus kok bisa ya, sampe sekarang masih dililit masalah ekonomi, padahal katanya kaya raya.
Memang sih gak sedikit hari ini bukan hanya ekonomi yang krisis tetapi moral juga ikut krisis. Harus kita sadari juga bahwa krisis moral adalah lebih berbahaya dari krisis ekonomi. Orang yang sudah terjangkit krisis yang satu ini akan hilang akal sehatnya. Sering kita saksikan di berbagai media, orang keluar masuk persidangan hanya gara-gara uang. Sepertinya suka banget menghamburkan uang padahal orang sekitarnya kelaparan menderita dalam kesengsaraan.
Lagi-lagi masalah ekonomi, di mana seseorang bisa menjadi budak uang. Sikut kanan sikut kiri hanya untuk mendapatkan tempat yang basah agar mudah menimbun uang. Uang menjadi primadona ketika terompet krisis ekonomi ditiupkan. Sekali lagi bukan masalah ekonomi yang harus ditangani serius melainkan masalah krisis moral yang harus segera diobati.
Sudah manusiawi bahwa manusia adalah pecinta harta namun pecinta harta yang mana yang harus dipelihara. Mendapatkan harta seharusnya menggunakan jalan yang semestinya dilalui, bukan melalui jalan curang seperti mengambil harta yang bukan haknya. Lebih kerennya lagi ketika telah berada di posisi atas, menduduki jabatan strategis terkadang godaannya lebih besar mengingat semua tali kendali kekuasaan berada di tangannya. Maka kemungkinan peluang mengambil dan menimbun harta lebih mudah dan leluasa, tanpa mempedulikan milik siapa harta itu.
Hanya orang yang krisis moralnya yang akan tergoda sehingga integritasnya luntur dari kehidupannya. Integritas, berpegang teguh kepada kebenaran tidak lagi diacuhkan ketika hawa nafsu menjadi raja dalam dirinya. Di matanya hanya ada harta dan harta saja. Amanah yang diemban pun dienyahkan. Mereka berlomba-lomba berebut posisi dengan semboyan, "Posisi Menentukan Prestasi". Demi mendapatkan posisi tersebut, tak sedikit yang hilang ingatan, langsung senjata pamungkas yang dikeluarkan sebagai pelicin keinginannya dengan alasan mensejahterakan padahal itu adalah pencuci dan pengunci mulut agar jalan menuju posisi yang dituju semakin mulus. Ketika telah mendapatkan posisi tersebut maka di situlah tempat strategis untuk korupsi. Sungguh proses yang buruk melalui jalan yang buruk pula. Kehormatan, martabat ditukar dengan lembaran rupiah dengan mudah dan lumrah.
Beruntunglah negeri ini, telah hadir suatu lembaga yang selalu berupaya memegang teguh integritasnya. Suatu lembaga yang memiliki tujuan mulia, mengembalikan martabat bangsa. Semua posisi diawasi, benih-benih koruptor pun sedang dicabuti. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) namanya, lahir pada 29 Nopember 2002.Lembaga ini pernah dipimpin oleh: Taufiequrachman Ruki (2003 - 2007), Antasari Azhar (2007 - 2009), Tumpak Hatorangan Panggabean (2009 - 2011), Busyro Muqoddas (2011 - 2012), dan yang sedang memimpin saat ini adalah Abraham Samad (2012 - 2015), selanjutnya Asep Solikhin di periode berikutnya (sesuai tema lomba).
Patut kita banggakan atas prestasi KPK yang telah sukses menangani banyak kasus korupsi yang telah menggerogoti harta negeri ini.
Ketika saya sebagai ketua KPK saya telah melihat kenyataan bahwa memang krisis moral telah sukses menggerogoti integritas generasi bangsa. Ditambah lagi dengan iklan-iklan yang menggembar-gemborkan dunia materialis. Iklan-iklan yang mengajak generasi bangsa berglamor ria, menampakan cinta kepada harta begitu tinggi seperti cinta kemewahan dan berfoya-foya, dunia pesta, menghamburkan harta di mana pun jalan yang dilalui tersebar di mana-mana. Dampaknya, generasi bangsa terhipnotis oleh gaya hedonis yang katanya jika tidak modis itu tidak modern sehingga apapun caranya dilaluinya. Ketika usia telah dewasa, dia suka dengan jalan pintas dengan selalu mengandalkan jurus pamungkas yang telah dibahas sebelumnya untuk melancarkan niatnya.
Lebih parah lagi ketika masih di bangku sekolah, budaya tak jujur ketika ujian masih saja ditemukan walau seketat apapun pengawasan. Dan ironisnya, masih saja ada tim sukses sebagai pagar betis agar kelulusan mendekati 100%. Berbeda dengan sekolah yang memegang integritasnya, akan berusaha semaksimal mungkin mendahulukan kualitas walau yang lulusnya sedikit. Memang tipe sekolah yang ke dua ini sangat berat, terancam gulung tikar karena mengurangi peminat yang belajar di sana karena rendahnya tingkat kelulusannya. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah integritas, kejujuran sangat langka dan mahal. Benih-benih berkualitas tersebut, saya meyakini bahwa mereka akan menjadi generasi tangguh, mengemban dan membina negeri ini dengan baik dengan jalan yang benar. Maka ketika saya sebagai ketua semua lembaga pendidikan pun KPK akan turun pula ke ranah ini karena di sinilah bibit-bibit yang kelak mengemban amanat besar di masa depan bermula.
Tulisan ini pernah dilombakan di
http://lombablogkpk.tempo.co/index/tanggal/665/Asep%20Solikhin.html
Memang sih gak sedikit hari ini bukan hanya ekonomi yang krisis tetapi moral juga ikut krisis. Harus kita sadari juga bahwa krisis moral adalah lebih berbahaya dari krisis ekonomi. Orang yang sudah terjangkit krisis yang satu ini akan hilang akal sehatnya. Sering kita saksikan di berbagai media, orang keluar masuk persidangan hanya gara-gara uang. Sepertinya suka banget menghamburkan uang padahal orang sekitarnya kelaparan menderita dalam kesengsaraan.
Lagi-lagi masalah ekonomi, di mana seseorang bisa menjadi budak uang. Sikut kanan sikut kiri hanya untuk mendapatkan tempat yang basah agar mudah menimbun uang. Uang menjadi primadona ketika terompet krisis ekonomi ditiupkan. Sekali lagi bukan masalah ekonomi yang harus ditangani serius melainkan masalah krisis moral yang harus segera diobati.
Sudah manusiawi bahwa manusia adalah pecinta harta namun pecinta harta yang mana yang harus dipelihara. Mendapatkan harta seharusnya menggunakan jalan yang semestinya dilalui, bukan melalui jalan curang seperti mengambil harta yang bukan haknya. Lebih kerennya lagi ketika telah berada di posisi atas, menduduki jabatan strategis terkadang godaannya lebih besar mengingat semua tali kendali kekuasaan berada di tangannya. Maka kemungkinan peluang mengambil dan menimbun harta lebih mudah dan leluasa, tanpa mempedulikan milik siapa harta itu.
Hanya orang yang krisis moralnya yang akan tergoda sehingga integritasnya luntur dari kehidupannya. Integritas, berpegang teguh kepada kebenaran tidak lagi diacuhkan ketika hawa nafsu menjadi raja dalam dirinya. Di matanya hanya ada harta dan harta saja. Amanah yang diemban pun dienyahkan. Mereka berlomba-lomba berebut posisi dengan semboyan, "Posisi Menentukan Prestasi". Demi mendapatkan posisi tersebut, tak sedikit yang hilang ingatan, langsung senjata pamungkas yang dikeluarkan sebagai pelicin keinginannya dengan alasan mensejahterakan padahal itu adalah pencuci dan pengunci mulut agar jalan menuju posisi yang dituju semakin mulus. Ketika telah mendapatkan posisi tersebut maka di situlah tempat strategis untuk korupsi. Sungguh proses yang buruk melalui jalan yang buruk pula. Kehormatan, martabat ditukar dengan lembaran rupiah dengan mudah dan lumrah.
Beruntunglah negeri ini, telah hadir suatu lembaga yang selalu berupaya memegang teguh integritasnya. Suatu lembaga yang memiliki tujuan mulia, mengembalikan martabat bangsa. Semua posisi diawasi, benih-benih koruptor pun sedang dicabuti. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) namanya, lahir pada 29 Nopember 2002.Lembaga ini pernah dipimpin oleh: Taufiequrachman Ruki (2003 - 2007), Antasari Azhar (2007 - 2009), Tumpak Hatorangan Panggabean (2009 - 2011), Busyro Muqoddas (2011 - 2012), dan yang sedang memimpin saat ini adalah Abraham Samad (2012 - 2015), selanjutnya Asep Solikhin di periode berikutnya (sesuai tema lomba).
Patut kita banggakan atas prestasi KPK yang telah sukses menangani banyak kasus korupsi yang telah menggerogoti harta negeri ini.
Ketika saya sebagai ketua KPK saya telah melihat kenyataan bahwa memang krisis moral telah sukses menggerogoti integritas generasi bangsa. Ditambah lagi dengan iklan-iklan yang menggembar-gemborkan dunia materialis. Iklan-iklan yang mengajak generasi bangsa berglamor ria, menampakan cinta kepada harta begitu tinggi seperti cinta kemewahan dan berfoya-foya, dunia pesta, menghamburkan harta di mana pun jalan yang dilalui tersebar di mana-mana. Dampaknya, generasi bangsa terhipnotis oleh gaya hedonis yang katanya jika tidak modis itu tidak modern sehingga apapun caranya dilaluinya. Ketika usia telah dewasa, dia suka dengan jalan pintas dengan selalu mengandalkan jurus pamungkas yang telah dibahas sebelumnya untuk melancarkan niatnya.
Lebih parah lagi ketika masih di bangku sekolah, budaya tak jujur ketika ujian masih saja ditemukan walau seketat apapun pengawasan. Dan ironisnya, masih saja ada tim sukses sebagai pagar betis agar kelulusan mendekati 100%. Berbeda dengan sekolah yang memegang integritasnya, akan berusaha semaksimal mungkin mendahulukan kualitas walau yang lulusnya sedikit. Memang tipe sekolah yang ke dua ini sangat berat, terancam gulung tikar karena mengurangi peminat yang belajar di sana karena rendahnya tingkat kelulusannya. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah integritas, kejujuran sangat langka dan mahal. Benih-benih berkualitas tersebut, saya meyakini bahwa mereka akan menjadi generasi tangguh, mengemban dan membina negeri ini dengan baik dengan jalan yang benar. Maka ketika saya sebagai ketua semua lembaga pendidikan pun KPK akan turun pula ke ranah ini karena di sinilah bibit-bibit yang kelak mengemban amanat besar di masa depan bermula.
Tulisan ini pernah dilombakan di
http://lombablogkpk.tempo.co/index/tanggal/665/Asep%20Solikhin.html