Nikmat yang Agung
Semoga keselamatan dan kesejahteraan senantiasa diberikan-Nya kepada orang-orang beriman. Di lembaran ini aku mencoba menuangkan buah fikiran sebagai penghibur hati yang sudah lama sesak dijejali urusan dunia. Ku tulis kata demi kata yang berisi rutinitas, mungkin bias juga disebut diary, jurnal atau apalah namanya. Yang terpenting adalah berbagi pengalaman. Semoga tulisanku bisa bermanfaat bagi diri sendiri maupun para pembaca sekalian.
Siang itu aku menyengajakan diri keluar rumah menghilangkan rasa penat dengan berlari kecil mengelilingi taman kota setelah seminggu penuh mendekam di ruang kerja. Sesekali ku percepat langkah dengan harapan kepenatan itu segera minggat. Betapa leganya fikiranku menapaki langkah demi langkah jalan yang sudah di hot mix sebulan yang lalu.
Seminggu penuh aku menguras tenaga dan fikiran demi kelangsungan hidupku dan bangsaku. Tak salah bila ku lakukan ini, daripada stres, tak bisa berkaryalagi. Ini sering aku lakukan kalau aku bosan terus duduk di kursi empuk di depan komputer di ruang kantorku.
Keringat mulai bercucuran, nafasku mulai terengah-engah, kaki mulai lemas, ketika aku selesai berlari mengelilingi taman kota yang kini telah berubah nama menjadi hutan kota yang memang sangat mirip dengan hutan rimba karena mirip benar dengan hutan-hutan yang sering dilihat. Udaranya sejuk penuh pepohonan, juga ada sungai-sungaian yang panjaang dan lebar, airnya mengalir. Pas sekali jika menjadi lahan pemancingan. Tak jarang yang berkunjung berwisata di sana yang mungkin nasibnya serupa dengan nasib saya. Memang tidak salah pilih jika tempat ini menjadi tempat istirahat saya (istirahat sebentar bukan untuk selamanya). Sorry saya istirahat tidak di sungai tapi di sana, di sebuah poho berukuran sedang berdiameter sekitar 50cm. Di bawah pohon itu rumputnya banyak. Rumput-rumput yang terurus rapi. Aku duduk di sana di atas rumput-rumput hijau yang halus dan empuk. Aku sandarkan tubuh ini pada batang pohon itu sambil meluruskan dan melemaskan kaki. Ku urut, ku pijat kaki ini yang masih terasa pegal. Aku istirahatkan tubuh ini yang telah lelah berlari.
Terkadang aku tutup mata menikmati hembusan angin segar semliwir mondar mandir membelai kulit tubuhku. Siang yang cerah, terik matahari tak terasa menyengat. Panasnya di cegat kekuatan hijau yang lebat. Merubahnya menjadi lebih indahdan mempesona. Suara binatan-binatang kecil dan nyanyian burung-burung ikut membumbui suasana siang itu sehingga membawakan kesan alami. Dau daun pohon dan rerumputan seakan menari, melambai lembut seiring hembusan angin mesra yangmenerpa. Gemercik air sungai pun terdengar merdu melengkapi keelokan tubuh hutan kota ini.
Di tempat itu aku mulai merenungkan kenikmatan ini. Betapa besar karunia yang telah diberikan-Nya pada manusia. Aku memikirkan pohon itu, pohon rindang yang aku sandari yang berada di tepi jalan di tengah hutan rimbun itu. Dulunya dia hanya sebutir biji yang lemah, kering, kecil hitam dan hina. Setelah dia dapatkan sepercik air, tak lama dia julurkan akarnya menusuk dan menghujamkannya ke dalam tanah sedalam-dalamnya. Mengokohkan tubuhnya menopangnya berdiri menegakkan batangnya, mengibarkan daunnya yang hijau. Batangnya bercabang banyak menjulang kelangit seraya bertasbih memuji keagungan-Nya. Daunnya rimbun, tumbuh di setia dahan dan ranting. Bunga dan buahnya lebatdapat diambil kapanpun. Ini membuat yang melihatnya senang dan bangga. Dengan kerindangannya mengayomi yang berlindung di bawahnya. Tiada yang lain darinya, hanyalah manfaat yang diberikan. Adakah sosok manusia yang seperti pohon itu? (bukan manusia pohon). Terlihat ramah, nyaman, teduh alias tidak angker jika dipandang. Akhlaknya mulia menebar manfaat pada sesama. Ku fikir, inilah sosok pemimpin idaman sepanjang zaman. Dialah Rosulullah saw., yang termasyhur kepribadiannya di dunia dan di akhirat. Memanglah dia dulu dihina, dicaci, dimaki, dandiusir kaumnya. Namun dengan akhlaknya yang mulia, ilmu yang luas, iman yang kuat kesabaran yang kuat, dan ketakwaannya yang luar biasa. Allah mengangkat derajatnya lebih tinggi dari para manusia, bahkan para malaikat. Sehingga Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk beliau, begitupun orang-orang yang beriman telah diperintahkan oleh-Nya bershalawat untuk Nabiserta mengucapkan salam penghormatan kepadanya. (QS. 33:56).
Lelahku kini hilang. Keringat sudah mengering disapu lembutnya angin siang. Bergega aku berdiri menegakkan tubuh yang kembali segar bugar. Aku menuju sebuah kran air di hutan itu, membasuh tubuh dengan berwudlu. Maha suci Engkau yang menjadikan air ini segar dan mensucikan diriku. Air segar telah merasuk, menusuk memasuki pori-pori kulit, melunturkan kotoran-kotoran yang menempel di tubuh. Sudah lama aku berlabuh, ku putusakan melanjutkan perjalanan menuju tempat tinggalku yang jaraknya tak jauh dari tempat itu.
Sekarang penatku hilang, capek pun melayang, membuat semangat kembali datang menjadikan aku kembali siap berpearng di meja tempur yang terhampar luas di ruang kerjaku menggoreskan tinta-tinta bermakna, menuangkan inspirasi, berkarya merangkai kata-kata sebagai pencerah dunia.
Sebagai penutup, aku mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada ayah dan bunda, juga kepada keluarga besarku, para guru, dan sahabat sekalian yang telah membantu menyelesaikan urusan-urusanku., serta kepada para pembaca yang budiman yang telah sudi membaca tulisanku yang semrawut seperti tulisan ini. Selamar merayakan hari Maulid Nabi Muhammad saw, 12 Rabi’ul Awwal 1430 Hijriyah. Akhirnya aku ucapkan Wassalaamu’alaikum wr. wb.
Siang itu aku menyengajakan diri keluar rumah menghilangkan rasa penat dengan berlari kecil mengelilingi taman kota setelah seminggu penuh mendekam di ruang kerja. Sesekali ku percepat langkah dengan harapan kepenatan itu segera minggat. Betapa leganya fikiranku menapaki langkah demi langkah jalan yang sudah di hot mix sebulan yang lalu.
Seminggu penuh aku menguras tenaga dan fikiran demi kelangsungan hidupku dan bangsaku. Tak salah bila ku lakukan ini, daripada stres, tak bisa berkaryalagi. Ini sering aku lakukan kalau aku bosan terus duduk di kursi empuk di depan komputer di ruang kantorku.
Keringat mulai bercucuran, nafasku mulai terengah-engah, kaki mulai lemas, ketika aku selesai berlari mengelilingi taman kota yang kini telah berubah nama menjadi hutan kota yang memang sangat mirip dengan hutan rimba karena mirip benar dengan hutan-hutan yang sering dilihat. Udaranya sejuk penuh pepohonan, juga ada sungai-sungaian yang panjaang dan lebar, airnya mengalir. Pas sekali jika menjadi lahan pemancingan. Tak jarang yang berkunjung berwisata di sana yang mungkin nasibnya serupa dengan nasib saya. Memang tidak salah pilih jika tempat ini menjadi tempat istirahat saya (istirahat sebentar bukan untuk selamanya). Sorry saya istirahat tidak di sungai tapi di sana, di sebuah poho berukuran sedang berdiameter sekitar 50cm. Di bawah pohon itu rumputnya banyak. Rumput-rumput yang terurus rapi. Aku duduk di sana di atas rumput-rumput hijau yang halus dan empuk. Aku sandarkan tubuh ini pada batang pohon itu sambil meluruskan dan melemaskan kaki. Ku urut, ku pijat kaki ini yang masih terasa pegal. Aku istirahatkan tubuh ini yang telah lelah berlari.
Terkadang aku tutup mata menikmati hembusan angin segar semliwir mondar mandir membelai kulit tubuhku. Siang yang cerah, terik matahari tak terasa menyengat. Panasnya di cegat kekuatan hijau yang lebat. Merubahnya menjadi lebih indahdan mempesona. Suara binatan-binatang kecil dan nyanyian burung-burung ikut membumbui suasana siang itu sehingga membawakan kesan alami. Dau daun pohon dan rerumputan seakan menari, melambai lembut seiring hembusan angin mesra yangmenerpa. Gemercik air sungai pun terdengar merdu melengkapi keelokan tubuh hutan kota ini.
Di tempat itu aku mulai merenungkan kenikmatan ini. Betapa besar karunia yang telah diberikan-Nya pada manusia. Aku memikirkan pohon itu, pohon rindang yang aku sandari yang berada di tepi jalan di tengah hutan rimbun itu. Dulunya dia hanya sebutir biji yang lemah, kering, kecil hitam dan hina. Setelah dia dapatkan sepercik air, tak lama dia julurkan akarnya menusuk dan menghujamkannya ke dalam tanah sedalam-dalamnya. Mengokohkan tubuhnya menopangnya berdiri menegakkan batangnya, mengibarkan daunnya yang hijau. Batangnya bercabang banyak menjulang kelangit seraya bertasbih memuji keagungan-Nya. Daunnya rimbun, tumbuh di setia dahan dan ranting. Bunga dan buahnya lebatdapat diambil kapanpun. Ini membuat yang melihatnya senang dan bangga. Dengan kerindangannya mengayomi yang berlindung di bawahnya. Tiada yang lain darinya, hanyalah manfaat yang diberikan. Adakah sosok manusia yang seperti pohon itu? (bukan manusia pohon). Terlihat ramah, nyaman, teduh alias tidak angker jika dipandang. Akhlaknya mulia menebar manfaat pada sesama. Ku fikir, inilah sosok pemimpin idaman sepanjang zaman. Dialah Rosulullah saw., yang termasyhur kepribadiannya di dunia dan di akhirat. Memanglah dia dulu dihina, dicaci, dimaki, dandiusir kaumnya. Namun dengan akhlaknya yang mulia, ilmu yang luas, iman yang kuat kesabaran yang kuat, dan ketakwaannya yang luar biasa. Allah mengangkat derajatnya lebih tinggi dari para manusia, bahkan para malaikat. Sehingga Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk beliau, begitupun orang-orang yang beriman telah diperintahkan oleh-Nya bershalawat untuk Nabiserta mengucapkan salam penghormatan kepadanya. (QS. 33:56).
Lelahku kini hilang. Keringat sudah mengering disapu lembutnya angin siang. Bergega aku berdiri menegakkan tubuh yang kembali segar bugar. Aku menuju sebuah kran air di hutan itu, membasuh tubuh dengan berwudlu. Maha suci Engkau yang menjadikan air ini segar dan mensucikan diriku. Air segar telah merasuk, menusuk memasuki pori-pori kulit, melunturkan kotoran-kotoran yang menempel di tubuh. Sudah lama aku berlabuh, ku putusakan melanjutkan perjalanan menuju tempat tinggalku yang jaraknya tak jauh dari tempat itu.
Sekarang penatku hilang, capek pun melayang, membuat semangat kembali datang menjadikan aku kembali siap berpearng di meja tempur yang terhampar luas di ruang kerjaku menggoreskan tinta-tinta bermakna, menuangkan inspirasi, berkarya merangkai kata-kata sebagai pencerah dunia.
Sebagai penutup, aku mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada ayah dan bunda, juga kepada keluarga besarku, para guru, dan sahabat sekalian yang telah membantu menyelesaikan urusan-urusanku., serta kepada para pembaca yang budiman yang telah sudi membaca tulisanku yang semrawut seperti tulisan ini. Selamar merayakan hari Maulid Nabi Muhammad saw, 12 Rabi’ul Awwal 1430 Hijriyah. Akhirnya aku ucapkan Wassalaamu’alaikum wr. wb.