Naik Tangga Kecil (Artis Jalanan)
Artis Jalanan yang Exist
Hampir tiap hari terlihat diperempatan jalan sekumpulan anak di jalan yang mereka suka menyebut dirinya lewat syair dalam nyanyian mereka sebagai anak jalanan. Bersenjatakan gitar kecil dan uang-uang logam untuk diadukan sehingga berpadu laiknya alat musik orkestra. Disodorkannya tangan kecil sambil berdendang dengan suara yang agak dipaksakan. Di sana tak cuma anak kecil. Anak besar juga ada.
Mereka berlomba menjual suara laksana artis yang lagi konser di tengah kota. Mereka hanya bisa tampil di tengah jalan. Karena itulah sebuah kebanggaan bagi mereka menjadi orang jalanan yang kehidupannya bergantung pada lampu lalulintas berwarna merah.
Menyerbu mereka ke tengah jalan menyapa menghapiri mobil yang bersopir dan berhati dermawan sambil menengadahkan tangan yang telah mejadi kebiasaan. Ini negri BEBAS... konser di perempatan juga tidak ada yang akan melarang. Pasang muka tebal sakunya semakin tebal.
Merdu suara beradu dengan raungan kendaraan, bertarung dengan jeritan kenalpot juga klakson yang tak sbar igin segera berjalan. Nyala lampu berwarna merah mereka sambut dengan suka cita. Mempersembahkan lagu dan senyum renyah di wajahnya. Ada yang memberi, ada yang tidak ngasih. Itulah nasib yang tak mau mereka merubahnya.
Nasib menjadi artis jalanan di belantara kota. Bersenandung ria di jalan raya meskipun lagunya cuma itu-itu saja namun masih dapat menghibur hati orang kaya berkendaraan mewah.
Sobat...
Sangat banyak ditemukan generasi semacam ini. Generasi yang kehilangan impian besarnya yang membuat mereka tetap menjadi skecil dirinya. Mereka adalah sumberdaya yang tak berdaya dan tak terbedayakan. mari kita TUTUP MATA...
Hampir tiap hari terlihat diperempatan jalan sekumpulan anak di jalan yang mereka suka menyebut dirinya lewat syair dalam nyanyian mereka sebagai anak jalanan. Bersenjatakan gitar kecil dan uang-uang logam untuk diadukan sehingga berpadu laiknya alat musik orkestra. Disodorkannya tangan kecil sambil berdendang dengan suara yang agak dipaksakan. Di sana tak cuma anak kecil. Anak besar juga ada.
Mereka berlomba menjual suara laksana artis yang lagi konser di tengah kota. Mereka hanya bisa tampil di tengah jalan. Karena itulah sebuah kebanggaan bagi mereka menjadi orang jalanan yang kehidupannya bergantung pada lampu lalulintas berwarna merah.
Menyerbu mereka ke tengah jalan menyapa menghapiri mobil yang bersopir dan berhati dermawan sambil menengadahkan tangan yang telah mejadi kebiasaan. Ini negri BEBAS... konser di perempatan juga tidak ada yang akan melarang. Pasang muka tebal sakunya semakin tebal.
Merdu suara beradu dengan raungan kendaraan, bertarung dengan jeritan kenalpot juga klakson yang tak sbar igin segera berjalan. Nyala lampu berwarna merah mereka sambut dengan suka cita. Mempersembahkan lagu dan senyum renyah di wajahnya. Ada yang memberi, ada yang tidak ngasih. Itulah nasib yang tak mau mereka merubahnya.
Nasib menjadi artis jalanan di belantara kota. Bersenandung ria di jalan raya meskipun lagunya cuma itu-itu saja namun masih dapat menghibur hati orang kaya berkendaraan mewah.
Sobat...
Sangat banyak ditemukan generasi semacam ini. Generasi yang kehilangan impian besarnya yang membuat mereka tetap menjadi skecil dirinya. Mereka adalah sumberdaya yang tak berdaya dan tak terbedayakan. mari kita TUTUP MATA...